Rabu, 14 Mei 2008

Flora Langka di Gunung Lumut, Kalimantan Timur

Ditemukan Flora Langka di Gunung Lumut Kalimantan Timur 30 peneliti senior dari Indonesia dan Belanda yang meneliti di Gunung Lumut, Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur, menemukan flora dan fauna langka di hutan lindung seluas 42.000 hektar itu. Beberapa jenis flora tidak ditemukan di tempat lain dan belum diketahui namanya.

Penemuan paling favorit antara lain jamur yang berbentuk payung, di bagian atas berwarna hitam pekat, di bagian bawah kuning tua. Jamur ini belum ditemukan di tempat lain dan belum diketahui namanya, kata Dr Djumali Mardji, ahli jamur (Mycology) dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Senin (28/11).

Jamur tersebut merupakan salah satu dari 120 jenis jamur yang ditemukan di hutan lindung Gunung Lumut. Di kawasan itu ditemukan pula jamur Amauroderma, jamur langka yang bagian atas berwarna hitam, bagian bawah bisa mencetak sidik jari siapa pun yang memegangnya. Ada pula jamur Ramaria largentii yang bentuknya seperti terumbu karang dan jamur Phallus impudicus yang bentuknya seperti kelambu atau jaring warna merah muda dan putih.

Dr Chandradewana Boer, ahli burung (ornithology) dari Universitas Mulawarman, Samarinda, mengidentifikasi sedikitnya 134 jenis burung di Gunung Lumut sampai ketinggian 300 meter di atas permukaan laut (dpl). Diperkirakan, jenis burung akan bertambah sampai ketinggian puncak 1.210 meter dpl. Jenis burung yang dominan adalah burung berparuh besar yang langka dan dilindungi, enggang atau rangkong (bucerotidae).

Melihat beragamnya flora dan fauna di hutan lindung Gunung Lumut, kawasan ini harus betul-betul dijaga kelestariannya, kata Chandra.

Kondisi alam puncak Gunung Lumut dengan ketinggian 1.210 meter sangat terjal, curam, dan berbatu licin. Meski demikian, mulai ketinggian 300 meter dpl kondisi alamnya relatif terjaga kelestariannya. Tapi di bagian bawah yang dekat dengan perkebunan kelapa sawit ditemukan kegiatan penebangan liar dan ladang berpindah.

Anggrek lidah bergerak

Dr Harry Wiriadinata, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang melakukan penelitian bersama Tropenbos International Indonesia, menemukan beragam jenis anggrek di sekitar kawasan Gunung Lumut. Selain anggrek merpati (Dendrobium) yang berwarna putih, ditemukan pula anggrek Cymbidium yang daunnya menyerupai rumput namun lebar, sementara bunganya bergerombol berwarna coklat.

Ditemukan pula anggrek Bulbophylum yang berwarna kuning, dan uniknya memiliki semacam lidah yang selalu bergerak meskipun tidak diterpa angin. Adapun anggrek Eria memiliki keunikan tersendiri karena bunganya berbulu (erion), ditemukan pada ketinggian di atas 600 meter dpl.

Dr Kade Sidiyasa, ahli pohon yang juga Kepala Loka Litbang Satwa Primata, Samboja, Balikpapan, menemukan banyak pohon meranti (Dipterocarpaceae) pada ketinggian kurang dari 500 meter dpl dan pohon kayu hitam (Dios phyros). Pada ketinggian 700-900 meter dpl jenis meranti mulai sedikit, sedangkan pada ketinggian 1.180-1.120 meter dpl pohon jenis jambu-jamuan sangat dominan.

Tidak ada komentar: