Selasa, 20 Mei 2008

Flora & Fauna kalimantan Barat

Flora-Fauna

Tuna Wisma di Tanah Kelahiran

Tanggal 5 November telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Tak seperti Hari Lingkungan Hidup dan Hari Bumi, hari tersebut tidak diperingati oleh banyak kalangan. Bahkan lebih cenderung dilupakan oleh kalangan pemerintah yang telah membuat penetapannya.

Puspa dan satwa langka (dan dilindungi) selalu digunakan oleh berbagai pemerintah provinsi maupun kabupaten-kota sebagai maskot kebanggaan daerah. Untuk acara pekan olahraga nasional (PON) yang akan diselenggarakan di Kaltim tahun depan, juga menggunakan tiga satwa langka sebagai maskot, yaitu orangutan, pesut dan burung enggang (rangkong). Sayangnya penggunaan satwa (maupun puspa) sebagai maskot, tidak diikuti oleh upaya konkrit perlindungan habitat sebagai rumah berkehidupan bagi puspa dan satwa.

ITIK BENJUT TERTANGKAP PEMBURU DARI KALSEL

"Sungguh malang nasib si benjut, Itik yang jarang sekali dijumpai di perairan danau mahakam harus mendekam dalam kandang bersama puluhan burung belibis lainya. Sesekali hanya bisa berjalan mondar-mandir dalam kandang dan bulunya tampak kusam setelah terkena jaring para pemburu. Entah berapa lama lagi dia akan hidup, karena para pemburu akan segera memotong burung tersebut ketika para tengkulak datang untuk membeli dagingnya".

BAJING DAN TUPAI BORNEO

Kurang tepat bila ada perumpamaan “sepandai-pandainya Bajing meloncat akhirnya jatuh juga”, yang umum adalah “sepandai-pandainya Tupai meloncat akhirnya jatuh juga”. Namun demikian, si Bajing juga tak mau kalah dan juga memiliki kelebihan dibanding tupai. Kata bajing juga populer dipakai dalam bahasa kita yang menjadi kata sifat, yaitu; Bajingan. “Bajingan itu memperdayaiku, kemudian menguras semua harta benda yang kupunya”

Kedua jenis binatang tersebut sama-sama pintar dan hebat, sehingga orang Indonesia sering menggunkan istilah dari kata bajing dan tupai. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong sangat panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan bajing tidak demikian.

Kutemukan Itik Benjut



Berawal dari kegiatan Project "Survey Perdagangan Burung Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata)" di Danau Mahakam Kalimantan Timur (Jempang, Melintang, Semayang) tahun 2005-2006, dalam 12 kali survei lapangan untuk setiap bulanya terlihat burung itu 2 kali terbang dalam jumlah kecil yaitu 5 dan 8 ekor, namum belum dapat teridentifikasi dari suku Anatidae ini. Burung tersebut sangat liar dan sensitif sehingga tiba-tiba saja terbang menghilang ketika kami berusaha untuk mengamati. Pada bulan September 2006 ketika air danau surut, burung ini terlihat lagi dengan jumlah 5 ekor di daerah danau Jempang dekat Desa Lanting Kutai Barat. Burung ini tampak diam di tempat, kemudian berenang, terkadang terbang dan hinggap di tempat kubangan air danau secara berulang-ulang. Jenis ini adalah jenis burung yang akuatik yang selalu bergantung pada keberadaaan air. Sangat masuk akal bila burung ini mempertahankan daerah kubangan yang masih menyisakan air untuk bertahan hidup.

Nasib Satwa Endemik Kalimantan Bergantung Pada Siapa

Samarinda (30/11/2006). Satwa endemik (khas) Kalimantan hingga saat ini masih belum memperoleh perhatian penuh dari para pihak. Keberadaan satwa endemik Kalimantan, diantaranya Bekantan (Nasalis larvatus), Orangutan (Pongo pygmaeus), Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), dan Rusa Sambar (Cervus unicolor) masih terancam dengan berbagai aktivitas pembangunan. Kawasan-kawasan bernilai penting yang merupakan habitat satwa endemik Kalimantan terus dieksploitasi atas nama kepentingan ekonomi. “Pemerintah sudah saatnya melindungi kawasan bernilai penting, baik secara ekologis maupun yang bernilai penting secara ekonomis dan sosio-kultural bagi komunitas lokal di Kalimantan”, ujar Muhammad Fadli, Direktur Borneo Ecology and Biodiversity Conservation (BEBSiC).

Dephut Harus Tinjau Ulang Kerjasama Dengan BOSF dan T

Samarinda (6/11). Departemen Kehutanan RI harus meninjau ulang kerjasama yang dilakukan dengan dua lembaga konservasi di Indonesia, yaitu Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dan The Nature Conservancy (TNC). Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Borneo Ecology and Biodiversity Conservation (BEBSiC), ditemukan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kedua lembaga tersebut yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi satwa.

"BEBSiC menemukan tingginya angka kematian orangutan di Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan di Samboja-Kaltim, yang dikelola oleh BOSF." ujar Muhammad Fadli, Direktur BEBSiC. Ditambahkannya, TNC sebagai lembaga yang bekerja di isu konservasi di Kaltim, juga melakukan pemeliharaan Orangutan di stasiun risetnya di Berau dengan mengikatkan tali di leher Orangutan.

Hentikan Eksploitasi Satwa

Tanggal 5 November diperingati sebagai Hari Cinta dan Puspa Satwa Nasional. Kecintaan terhadap puspa dan satwa tidak harus ditunjukkan dengan memelihara ataupun melakukan eksploitasi satwa. Tindakan Jaya Ancol yang menggelar pertunjukan satwa merupakan salah satu bentuk eksploitasi satwa.

Pertunjukan satwa yang dilakukan oleh Jaya Ancol telah menyalahi prinsip-prinsip kesejahteraan satwa. Termasuk dengan menggunakan satwa yang dilindungi, yaitu lumba-lumba (termasuk satwa dilindungi dalam PP No. 7 tahun 1999) dan anjing laut (merupakan satwa yang dilindungi oleh IUCN (World Conservation Union), sebuah badan konservasi dunia).

Bekantan

Bekantan (Nasalis larvatus) dikenal juga dengan sebutan kera Belanda, bekara, raseng, pika, dan bentangan. Bagian wajah bekantan berwarna merah kecoklatan dan tidak berbulu, sedangkan pada bayi wajah berwarna biru tua (Napier dan Napier, 1967). Kera jantan berhidung besar ini diberi nama setempat bekantan atau Kera Belanda karena mirip dengan Orang Belanda yang terbakar sinar matahari (MacKinnon, 1986).

Bekantan tersebar secara terbatas di Pulau Kalimantan dan beberapa pulau dekat pantai, khususnya yang terdapat di muara S. Brunei dan P. Sebatik di perbatasan Sabah/Kalimantan Timur. Biasanya ditemukan di dekat sungai-sungai besar. Di sungai-sungai Sabah bagian timur yang lebih besar terdapat jauh di hlu sungai (misalnya, di atas S. Danum di hulu S. Segama). Ada laporan-laporan lama dari hulu S. Kapuas di Kalimantan Barat, di Tumbang Maruwe di S. Barito di Kalimantan Tengah dan di S. Mahakam dan S. Kayan di Kalimantan Timur. Keadaan saat ini di pedalaman P. Kalimantan tidak menentu, tetapi jenis ini ada di beberapa bagian pesisir Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, khususnya hilir S. Barito. Distribusi di Sabah bagian barat, Brunei dan Serawak jarang dan tersebar, mungkin mencerminkan distribusi habitat dan tekanan perburuan. Di Brunei melimpah secara lokal di muara S. Brunei tetapi tidak ada catatan dari S. Temburong ke arah timur.

Flora-Fauna

Tuna Wisma di Tanah Kelahiran

Tanggal 5 November telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional. Tak seperti Hari Lingkungan Hidup dan Hari Bumi, hari tersebut tidak diperingati oleh banyak kalangan. Bahkan lebih cenderung dilupakan oleh kalangan pemerintah yang telah membuat penetapannya.

Puspa dan satwa langka (dan dilindungi) selalu digunakan oleh berbagai pemerintah provinsi maupun kabupaten-kota sebagai maskot kebanggaan daerah. Untuk acara pekan olahraga nasional (PON) yang akan diselenggarakan di Kaltim tahun depan, juga menggunakan tiga satwa langka sebagai maskot, yaitu orangutan, pesut dan burung enggang (rangkong). Sayangnya penggunaan satwa (maupun puspa) sebagai maskot, tidak diikuti oleh upaya konkrit perlindungan habitat sebagai rumah berkehidupan bagi puspa dan satwa.

ITIK BENJUT TERTANGKAP PEMBURU DARI KALSEL

"Sungguh malang nasib si benjut, Itik yang jarang sekali dijumpai di perairan danau mahakam harus mendekam dalam kandang bersama puluhan burung belibis lainya. Sesekali hanya bisa berjalan mondar-mandir dalam kandang dan bulunya tampak kusam setelah terkena jaring para pemburu. Entah berapa lama lagi dia akan hidup, karena para pemburu akan segera memotong burung tersebut ketika para tengkulak datang untuk membeli dagingnya".

BAJING DAN TUPAI BORNEO

Kurang tepat bila ada perumpamaan “sepandai-pandainya Bajing meloncat akhirnya jatuh juga”, yang umum adalah “sepandai-pandainya Tupai meloncat akhirnya jatuh juga”. Namun demikian, si Bajing juga tak mau kalah dan juga memiliki kelebihan dibanding tupai. Kata bajing juga populer dipakai dalam bahasa kita yang menjadi kata sifat, yaitu; Bajingan. “Bajingan itu memperdayaiku, kemudian menguras semua harta benda yang kupunya”

Kedua jenis binatang tersebut sama-sama pintar dan hebat, sehingga orang Indonesia sering menggunkan istilah dari kata bajing dan tupai. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong sangat panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan bajing tidak demikian.

Kutemukan Itik Benjut


Kutemukan Itik Benjut (Anas gibberifrons)

Oleh; Agoes syt

Berawal dari kegiatan Project "Survey Perdagangan Burung Belibis Kembang (Dendrocygna arcuata)" di Danau Mahakam Kalimantan Timur (Jempang, Melintang, Semayang) tahun 2005-2006, dalam 12 kali survei lapangan untuk setiap bulanya terlihat burung itu 2 kali terbang dalam jumlah kecil yaitu 5 dan 8 ekor, namum belum dapat teridentifikasi dari suku Anatidae ini. Burung tersebut sangat liar dan sensitif sehingga tiba-tiba saja terbang menghilang ketika kami berusaha untuk mengamati. Pada bulan September 2006 ketika air danau surut, burung ini terlihat lagi dengan jumlah 5 ekor di daerah danau Jempang dekat Desa Lanting Kutai Barat. Burung ini tampak diam di tempat, kemudian berenang, terkadang terbang dan hinggap di tempat kubangan air danau secara berulang-ulang. Jenis ini adalah jenis burung yang akuatik yang selalu bergantung pada keberadaaan air. Sangat masuk akal bila burung ini mempertahankan daerah kubangan yang masih menyisakan air untuk bertahan hidup.

Nasib Satwa Endemik Kalimantan Bergantung Pada Siapa?

Samarinda (30/11/2006). Satwa endemik (khas) Kalimantan hingga saat ini masih belum memperoleh perhatian penuh dari para pihak. Keberadaan satwa endemik Kalimantan, diantaranya Bekantan (Nasalis larvatus), Orangutan (Pongo pygmaeus), Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris), dan Rusa Sambar (Cervus unicolor) masih terancam dengan berbagai aktivitas pembangunan. Kawasan-kawasan bernilai penting yang merupakan habitat satwa endemik Kalimantan terus dieksploitasi atas nama kepentingan ekonomi. “Pemerintah sudah saatnya melindungi kawasan bernilai penting, baik secara ekologis maupun yang bernilai penting secara ekonomis dan sosio-kultural bagi komunitas lokal di Kalimantan”, ujar Muhammad Fadli, Direktur Borneo Ecology and Biodiversity Conservation (BEBSiC).

Dephut Harus Tinjau Ulang Kerjasama Dengan BOSF dan TNC

Samarinda (6/11). Departemen Kehutanan RI harus meninjau ulang kerjasama yang dilakukan dengan dua lembaga konservasi di Indonesia, yaitu Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) dan The Nature Conservancy (TNC). Dari hasil investigasi yang dilakukan oleh Borneo Ecology and Biodiversity Conservation (BEBSiC), ditemukan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kedua lembaga tersebut yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi satwa.

"BEBSiC menemukan tingginya angka kematian orangutan di Pusat Rehabilitasi dan Reintroduksi Orangutan di Samboja-Kaltim, yang dikelola oleh BOSF." ujar Muhammad Fadli, Direktur BEBSiC. Ditambahkannya, TNC sebagai lembaga yang bekerja di isu konservasi di Kaltim, juga melakukan pemeliharaan Orangutan di stasiun risetnya di Berau dengan mengikatkan tali di leher Orangutan.

Hentikan Eksploitasi Satwa

Tanggal 5 November diperingati sebagai Hari Cinta dan Puspa Satwa Nasional. Kecintaan terhadap puspa dan satwa tidak harus ditunjukkan dengan memelihara ataupun melakukan eksploitasi satwa. Tindakan Jaya Ancol yang menggelar pertunjukan satwa merupakan salah satu bentuk eksploitasi satwa.

Pertunjukan satwa yang dilakukan oleh Jaya Ancol telah menyalahi prinsip-prinsip kesejahteraan satwa. Termasuk dengan menggunakan satwa yang dilindungi, yaitu lumba-lumba (termasuk satwa dilindungi dalam PP No. 7 tahun 1999) dan anjing laut (merupakan satwa yang dilindungi oleh IUCN (World Conservation Union), sebuah badan konservasi dunia).

Bekantan

Bekantan (Nasalis larvatus) dikenal juga dengan sebutan kera Belanda, bekara, raseng, pika, dan bentangan. Bagian wajah bekantan berwarna merah kecoklatan dan tidak berbulu, sedangkan pada bayi wajah berwarna biru tua (Napier dan Napier, 1967). Kera jantan berhidung besar ini diberi nama setempat bekantan atau Kera Belanda karena mirip dengan Orang Belanda yang terbakar sinar matahari (MacKinnon, 1986).

Bekantan tersebar secara terbatas di Pulau Kalimantan dan beberapa pulau dekat pantai, khususnya yang terdapat di muara S. Brunei dan P. Sebatik di perbatasan Sabah/Kalimantan Timur. Biasanya ditemukan di dekat sungai-sungai besar. Di sungai-sungai Sabah bagian timur yang lebih besar terdapat jauh di hlu sungai (misalnya, di atas S. Danum di hulu S. Segama). Ada laporan-laporan lama dari hulu S. Kapuas di Kalimantan Barat, di Tumbang Maruwe di S. Barito di Kalimantan Tengah dan di S. Mahakam dan S. Kayan di Kalimantan Timur. Keadaan saat ini di pedalaman P. Kalimantan tidak menentu, tetapi jenis ini ada di beberapa bagian pesisir Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, khususnya hilir S. Barito. Distribusi di Sabah bagian barat, Brunei dan Serawak jarang dan tersebar, mungkin mencerminkan distribusi habitat dan tekanan perburuan. Di Brunei melimpah secara lokal di muara S. Brunei tetapi tidak ada catatan dari S. Temburong ke arah timur.

Senin, 19 Mei 2008

Flora & Fauna Kalimantan Selatan

Flora & Fauna

Kekayaan flora dan fauna di Kalimantan Selatan sedapat mungkin dipelihara sebagai bagian dari kekayaan sumber daya alam. Dalam hal ini dilakukan upaya konservasi sumber daya alam yang meliputi konservasi di dalam kawasan hutan dan konservasi diluar kawasan hutan. Khususnya konservasi didalam kawasan hutan dilakukan dengan melalui pembangunan suaka margasatwa, suaka alam, dan taman wisata serta taman hutan raya.

Berbagai fauna yang tergolong satwa langka yang dilindungi yang tersebar pada hutan suaka alam dan wisata yaitu:

  • Bekantan (Nasalis Larvatus)
  • Kera Abu-abu (Maccaca Irrus)
  • Elang (Butatstur sp)
  • Beruang Madu (Hylarotis Malayanus)
  • Kijang Pelaihari (Muntiacus Salvator)
  • Owa - Owa (Hylobatus Mulleri)
  • Elang Raja Udang (Palargapais Carpusis)
  • Cabakak (Hakyan Chalaris)
  • Rusa Sambar (Cervus Unicular)
  • Biawak (Varanus Spesi)
  • Kuau (Argusianus Argus)
  • Pecuk Ular (Prebytus Rubicusida)

Pusat-pusat konservasi flora dan fauna seperti disebutkan di atas dapat lebih diperincikan sebagai berikut:

1. Cagar Alam Pulau Kaget

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Bekantan (Nasalis Larvatus), Kera Abu-abu (Macaca Fasicularis) dan lain-lain.

2. Cagar Alam Gunung Kentawan

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi angrek alam, owa-owa (Hylobatus Muelleri), bekantan dan beberapa jenis burung.

3. Suaka Margasatwa Pelaihari - Martapura

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi Beruang Madu (Helarctus Malayanus), Kuwau (Argusianus Argus), Pecuk Ular (Cervus Unicolor), dan Kijang Pelaihari (Muntiacus Pleiharicus)

4. Suaka Alam Pelaihari Tanah Laut

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan, burung raja udang (Palargopsis Capengis), rusa sambar, dan biawak (Varanus Salvator).

5. Taman Wisata Pulau Kembang

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi bekantan , kera abu-abu, bajing tanah (Laricus Insignis) dan elang abu-abu (Butartur sp)

6. Taman Hutan Raya Sultan Adam

Sebagai kawasan konservasi untuk melindungi berbagai jenis flora dan fauna, sekaligus sebagai kawasan Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Universitas lambung Mangkurat.

Terdapat tiga buah reservant masing-masing di Danau bangkau, Danau panggang, dan Sungai Buluh, sebagai kawasan untuk melindungi satwa air khususnya pada saat hewan tersebut berkembang biak. Hewan-hewan yang dilindungi di kawasan ini antara lain ikan Haruan (Ophiocephalus Striatus), Betok (Anabas Testudineus), Sepat Siam (trichogaster pectoralis), tambakan (helostoma temmincki), dan buaya taman (Crocodile sp)

Selain itu, dalam usaha menjaga kelestariaan tumbuh-tumbuhan yang sudah mulai langka telah dikembangkan penanaman tumbuhan langka khas Kalimantan Selatan di Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat yang dikelola oleh Fakultas Pertanian.

Wilayah propinsi Kalimantan Selatan kaya akan sumber plasma nutfah dan dianggap sebagai tempat asal dari berbagai tumbuhan seperti :

1. Durian (Duriospesi)
2. Tebu (Sacharum Officinarum)
3. Kasturi (Mangifera Delmiana)
4. Rambutan (Nephelium Lappocum)

Hutan Daratan rendah dan tinggi didominasi oleh spesies :

1. Meranti (Dipterocorpus Spesi)
2. Hopea (Hopea spesia)
3. Ulin (Eusideroxlyon)
4. Kempos (Komposia Spesi)
5. Damar (Agathis bornensis)
6. Sindor (Sindora Spesi)

Di daerah hutan tanah bergambut pepohonan utamanya meliputi :

1. Ramin (Gonostylus Bancadud)
2. Jeluntung (Dura Spesi)
3. Ebony (Displyros Spesi)

Di daerah hutan rawa dibagian barat Kalimantan Selatan banyak ditemui

1. Xylopia Spesi
2. Tarantang (Comnaperma Spesi)
4. Nipah (Nipahfruitcans)

Di daerah hutan air payau banyak terdapat :

1. Bakau (Rhizospora spesi)
2. Prapat (Soneratia spesi)
3. Api - Api (Avicenia spesi)
4. Bruguira spesi

Dua spesies rotan yaitu spesi dan Daemonorps adalah tanaman memanjat terpenting. Tanaman memanjat lainnya adalah ficus spesi. Di atas pohon-pohon besar di dalam hutan terdapat berbagai anggrek.

Rabu, 14 Mei 2008

Flora Langka di Gunung Lumut, Kalimantan Timur

Ditemukan Flora Langka di Gunung Lumut Kalimantan Timur 30 peneliti senior dari Indonesia dan Belanda yang meneliti di Gunung Lumut, Kabupaten Pasir, Kalimantan Timur, menemukan flora dan fauna langka di hutan lindung seluas 42.000 hektar itu. Beberapa jenis flora tidak ditemukan di tempat lain dan belum diketahui namanya.

Penemuan paling favorit antara lain jamur yang berbentuk payung, di bagian atas berwarna hitam pekat, di bagian bawah kuning tua. Jamur ini belum ditemukan di tempat lain dan belum diketahui namanya, kata Dr Djumali Mardji, ahli jamur (Mycology) dari Universitas Mulawarman, Samarinda, Senin (28/11).

Jamur tersebut merupakan salah satu dari 120 jenis jamur yang ditemukan di hutan lindung Gunung Lumut. Di kawasan itu ditemukan pula jamur Amauroderma, jamur langka yang bagian atas berwarna hitam, bagian bawah bisa mencetak sidik jari siapa pun yang memegangnya. Ada pula jamur Ramaria largentii yang bentuknya seperti terumbu karang dan jamur Phallus impudicus yang bentuknya seperti kelambu atau jaring warna merah muda dan putih.

Dr Chandradewana Boer, ahli burung (ornithology) dari Universitas Mulawarman, Samarinda, mengidentifikasi sedikitnya 134 jenis burung di Gunung Lumut sampai ketinggian 300 meter di atas permukaan laut (dpl). Diperkirakan, jenis burung akan bertambah sampai ketinggian puncak 1.210 meter dpl. Jenis burung yang dominan adalah burung berparuh besar yang langka dan dilindungi, enggang atau rangkong (bucerotidae).

Melihat beragamnya flora dan fauna di hutan lindung Gunung Lumut, kawasan ini harus betul-betul dijaga kelestariannya, kata Chandra.

Kondisi alam puncak Gunung Lumut dengan ketinggian 1.210 meter sangat terjal, curam, dan berbatu licin. Meski demikian, mulai ketinggian 300 meter dpl kondisi alamnya relatif terjaga kelestariannya. Tapi di bagian bawah yang dekat dengan perkebunan kelapa sawit ditemukan kegiatan penebangan liar dan ladang berpindah.

Anggrek lidah bergerak

Dr Harry Wiriadinata, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang melakukan penelitian bersama Tropenbos International Indonesia, menemukan beragam jenis anggrek di sekitar kawasan Gunung Lumut. Selain anggrek merpati (Dendrobium) yang berwarna putih, ditemukan pula anggrek Cymbidium yang daunnya menyerupai rumput namun lebar, sementara bunganya bergerombol berwarna coklat.

Ditemukan pula anggrek Bulbophylum yang berwarna kuning, dan uniknya memiliki semacam lidah yang selalu bergerak meskipun tidak diterpa angin. Adapun anggrek Eria memiliki keunikan tersendiri karena bunganya berbulu (erion), ditemukan pada ketinggian di atas 600 meter dpl.

Dr Kade Sidiyasa, ahli pohon yang juga Kepala Loka Litbang Satwa Primata, Samboja, Balikpapan, menemukan banyak pohon meranti (Dipterocarpaceae) pada ketinggian kurang dari 500 meter dpl dan pohon kayu hitam (Dios phyros). Pada ketinggian 700-900 meter dpl jenis meranti mulai sedikit, sedangkan pada ketinggian 1.180-1.120 meter dpl pohon jenis jambu-jamuan sangat dominan.

Eksplorasi Flora Kalimantan

EKSPLORASI FLORA KALIMANTAN

Salah satu tugas dan fungsi Kebun Raya Purwodadi adalah melakukan pengoleksian tumbuhan asli Indonesia untuk tujuan koleksi, pendidikan, penelitian dan pengembangan. Tahun 2006 daerah yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah Pulau Kalimantan. Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau besar di Indonesia yang mempunyai kawasan hutan yang luas. Lebih dari setengah pulau ini berada di bawah ketinggian 150 meter. Sebagian besar wilayahnya termasuk ke dalam kategori hutan Dipterocarpaceae dataran rendah (Mackinon, et.al. 2000). Pulau ini diperkirakan memiliki 10.000-15.000 jenis tumbuhan berbunga tumbuh di pulau ini. Data lainnya menyebutkan sekitar 3.000 jenis pohon, termasuk 267 jenis Dipterocarpaceae (58% endemik), 2.000 jenis anggrek dan 1.000 jenis pakis tercatat hidup di Kalimantan (Ashton, 1982; MacKinon, 2000). Tingkat endemisitas flora di Borneo (termasuk Kalimantan) cukup tinggi, yaitu sekitar 34 %. Degradasi lahan akibat penebangan kayu baik secara legal ataupun ilegal, konversi lahan untuk pertanian, ladang dan pemukiman penduduk, mengakibatkan luas hutan alam di Kalimantan semakin menyusut. Hal ini berimplikasi langsung terhadap penurunan keanekaragaman hayati – termasuk tumbuhan- yang hidup di Kalimantan. Kebun Raya Purwodadi, berupaya untuk menyelamatkan tumbuhan asli Indonesia, khususnya yang ada di Kalimantan, dengan cara melakukan eksplorasi dan pengoleksian flora untuk ditanam sebagai tanaman koleksi di kebun raya.

Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Mengkoleksi tumbuhan yang berasal dari Kalimantan dengan dilengkapi data habitat, populasi dan ekologinya; selanjutnya tumbuhan tersebut ditanam di Kebun Raya Purwodadi (sebagai tanaman koleksi) yang dapat juga dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.

Lokasi

Koleksi Non Anggrek (nomor)

Koleksi Anggrek (nomor)

Koleksi Baru (nomor)

Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat

201

42

55

Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

275

106

56

Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat

164

104

57

Jumlah

640

252

168

Tulisan Ilmiah yang dihasilkan dari kegiatan eksplorasi ini:

  1. Nepenthes Hasil Eksplorasi Flora Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam (TWA) Baning dan Sekitarnya
  2. Rhodomyrtus tomentosa (W.Ait.) Hassk. di Kawasan Hutan TWA Baning, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  3. Asplenium nidus L. pada beberapa pohon inang di Kawasan Taman Wisata Alam Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  4. Inventarisasi Anggrek Di Twa Bukit Kelam, Twa Baning Dan Di Sebagian Wilayah Kabupaten Sintang Propinsi Kalimantan Barat
  5. Inventarisasi Anggrek Epifit Di TWA Bukit Kelam, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat
  6. Populasi Anggrek Grammatophyllum speciosum Blume di Kawasan TWA Bukit Kelam, Kab. Sintang, Kalimantan Barat
  7. Keragaman Paku Terestrial Di Kawasan Hutan Taman Wisata Alam Bukit Kelam, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
  8. Keragaman Anggrek Epifit di Sebagian Kawasan Hutan Alam di Desa Petarikan, Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) - Kalimantan Tengah
  9. Ragam Jenis Acriopsis Reinw. ex Blume di sebagian Kawasan Hutan Alam Desa Petarikan, Kab. Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah

Foto beberapa tumbuhan hasil eksplorasi dari Pulau Kalimantan tahun 2006

Eksplorasi di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat


Gambar 1. Beberapa jenis Nepenthes : a. N. ampullaria ; b. N. bicalcarata ; c. N. rafflesiana ; d. N. reinwardtiana

Gambar 2. a. anggrek tanah Didymoplexis sp.; b. anggrek epifit Eria sp.; c. anggrek tanah Malaxis sp.


Gambar 3: a. Amorphophallus sp.; b. Rhodomyrtus tomentosa ; c. Syzygium sp. ; d. Lygodium cernuum ; e. Piper sp.


Eksplorasi di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah


Gambar 4. Beberapa j enis anggrek endemik Kalimantan yang dijumpai di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah: Dendrobium nabawanense (A), Thecotele alata (B), Bulbophyllum macranthum (C), Bulbophyllum refractilingue (D), Coelogyne pandurata (E) dan Dendrochilum oxylobum (F)


Eksplorasi di Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat


Gambar 5. a. Nephenthes raflesiana ; b. Durio sp. (mahawak); c. Durio sp. (durian kura-kura)

Gambar 6. a. Coelogyne dayana ; b. Eria sp. ; c. Bulbophyllum lepidum ; d. Bulbophyllum medusae

Flora Kalimantan

Flora Langka Anggrek Hutan Kalimantan Terus Diburu

Dwi P Djatmiko, Direktur Eksekutif Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia Kalimantan Selatan, tak bisa menutupi kekecewaannya ketika bicara kondisi terakhir habitat anggrek hutan di Pegunungan Meratus. "Kemampuan kami terbatas, penyelamatan yang bisa dilakukan hanya pada dua kampung di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Daerah lainnya, kami tidak bisa berbuat banyak," katanya.

Kekecewaan itu tentu beralasan. Sebab, setahun terakhir perburuan anggrek hutan dan berbagai tanaman alam lain yang dijadikan tanaman hias dari Pegunungan Meratus terus marak dan tak terkendali. "Kalau ini terus dibiarkan, lama-lama habis dan bisa saja orang Kalsel nanti hanya dapat menyaksikan kekayaan alam daerah ini di luar daerahnya, bahkan di luar negeri," katanya.

Pengambilan anggrek hutan Meratus dalam skala besar, kata dia, terjadi tahun 1980 oleh seorang peneliti dari Eropa di Gunung Halao-halao. Sekarang, koleksi anggrek Meratus yang terlengkap ternyata ada di Botanical Garden di London, Inggris. "Daerah ini memang menjadi incaran karena sangat kaya dengan anggrek. Bahkan, ekspedisi Meratus yang dilakukan YCHI tahun 2005 saja menemukan lebih dari 100 jenis anggrek hutan," ungkapnya.

Kini perburuan anggrek berlangsung besar-besaran dan terus-menerus. "Yang kami bisa pastikan tak terjadi penjarahan anggrek hutan Meratus hanya di Desa Haratai dan Malaris, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Warga dua desa ini membudidayakan sekitar 30 jenis anggrek hutan, hasilnya mereka jual Rp 50.000 hingga Rp 250.000 per pot," katanya.

Daerah lainnya, terutama di enam kabupaten, di antaranya Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, dan Tapin, pengambilan anggrek hutan dan tumbuhan hutan lainnya terus berlangsung.

Perburuan anggrek hutan tropis basah dataran rendah itu begitu hebat menyusul booming bisnis tanaman hias di Indonesia akhir-akhir ini. Hal ini memicu munculnya para pedagang tanaman hias dadakan di Kalsel. Sayangnya, yang mereka jual bukan tanaman hias hasil budidaya, tetapi mengambil dari alam.

Dan untuk mendapatkan berbagai jenis tanaman khas Kalimantan, mereka tidak perlu pergi ke hutan berhari-hari. Para pedagang itu tinggal menyuruh warga setempat masuk hutan.

Apa yang diambil dari hutan semua mereka beli secara karungan dengan harga Rp 10.000 hingga Rp 50.000 per karung.

Dari Kecamatan Loksado, anggrek hutan diangkut dengan sepeda motor atau mobil bak terbuka. Pengangkutan biasanya berlangsung Jumat malam atau Sabtu pagi. Mereka menempuh jalan sekitar 180 kilometer arah Banjarmasin dan menggelar dagangannya di pinggir jalan di Kilometer 7 Jalan A Yani, Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar. Pasar itu hanya berlangsung setiap hari Minggu.

Minggu (28/10), misalnya, berbagai jenis anggrek hutan dijual dengan murah di pasar ini. Jenis anggrek yang seluruh daunnya merah dan belum diketahui namanya dijual Rp 10.000- Rp 15.000 per pot. Sementara anggrek jenis pandu dijual Rp 5.000 per tangkai. Anggrek tebu atau anggrek macan jika sedang berkembang baik, harganya bisa mencapai jutaan rupiah.

Selain anggrek, juga dijual berbagai jenis tumbuhan jenis paku-pakuan dan lumut. Kampil warik (tanaman merambat berbentuk kantong seperti pipi monyet saat penuh makanan) hanya dijual Rp 5.000 per tangkai, sedangkan bunga bangkai Rp 60.000 per umbi. Kantong semar yang dijual di pasar dadakan ini sebagian besar didatangkan dari Hampangin, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah.

"Saya setiap minggu mencari jenis anggrek baru. Kalau beruntung, bisa dapat jenis anggrek yang bagus dengan harga murah," tutur seorang perempuan yang tinggal di Perumahan Kayu Tangi, Banjarmasin.

Mereka yang datang ke pasar itu tak hanya dari Banjarmasin dan sekitarnya, tetapi juga dari Jakarta. Selain untuk oleh-oleh, ada juga yang sengaja membeli dalam jumlah besar untuk dijual lagi di Ibu Kota. Agar lolos dari pemeriksaan petugas bandara, tumbuhan hutan itu dikemas dalam kardus dan dimasukkan bagasi atau dititipkan pada pedagang untuk dikirimkan lewat jasa pengiriman barang.

Pengurasan sumber daya hutan di Pegunungan Meratus tampaknya akan terus berlanjut karena belum ada upaya maksimal untuk menghentikannya.